National Geographic dan Perjuangannya Bertahan di Era Digital
National Geographic, dengan bingkai kuning khasnya, telah menjadi simbol penjelajahan dan penemuan selama lebih dari sebuah abad. Dimulai dari pertemuan 33 orang berpengaruh pada Januari 1888, organisasi ini telah bertransformasi dari sebuah klub sosial elite menjadi salah satu institusi media paling berpengaruh di dunia. Namun di balik kebesaran namanya, National Geographic kini menghadapi tantangan eksistensial di era digital yang mengubah cara kita mengkonsumsi informasi. Artikel ini akan mengulas perjalanan panjang National Geographic, dari kejayaannya hingga perjuangannya bertahan di tengah disrupsi teknologi.
Awal Mula National Geographic Society
Kelahiran dari Forum Elite
Pada 13 Januari 1888, sebuah pertemuan bersejarah terjadi di Washington D.C., hanya beberapa puluh meter dari Gedung Putih. Tiga puluh tiga tokoh berpengaruh yang tergabung dalam The Kosmos Club berkumpul untuk mendiskusikan sebuah gagasan sederhana namun visioner: bagaimana jika hasil penelitian, observasi, dan studi komprehensif mereka disatukan dalam sebuah buku?
Inspirasi ini sebenarnya bukan hal baru. Ratusan tahun sebelumnya, Royal Society telah melakukan hal serupa dengan karya-karya yang kemudian dikenal di seluruh dunia. Namun, untuk mewujudkan visi baru ini, mereka membutuhkan identitas yang lebih representatif daripada The Kosmos Club. Dua minggu kemudian, melalui akta pendirian resmi, National Geographic Society resmi didirikan.
Transformasi dari Jurnal Ilmiah Menjadi Majalah Populer
Majalah pertama National Geographic Society, yang dipasarkan dengan nama National Geographic Magazine, terbit beberapa bulan setelah pendirian organisasi. Namun, pada awalnya, publikasi ini lebih menyerupai jurnal ilmiah dengan tulisan-tulisan panjang yang cenderung membosankan bagi pembaca umum.
Gebrakan besar terjadi ketika Alexander Graham Bell, penemu telepon yang juga seorang pebisnis sukses, mengambil alih kepemimpinan. Meskipun mendapat tentangan dari anggota klub yang khawatir akan mengurangi nilai ilmiah publikasi, Bell beserta Gilbert H. Grosvenor memutuskan untuk memasukkan lebih banyak gambar ke dalam majalah tersebut.
Bell juga memahami pentingnya identitas visual yang kuat. Bingkai kuning yang kini menjadi ciri khas National Geographic diperkenalkan dan menjadi elemen yang mudah dikenali di seluruh dunia. Keputusan strategis ini membawa National Geographic meraih popularitas global.
Era Keemasan National Geographic
Ekspansi ke Media Visual
Pada puncak kejayaannya di tahun 1980-an, majalah National Geographic mampu menjual 12 juta eksemplar setiap bulannya. Namun, kesuksesan ini tidak semata-mata berkat media cetak. Pada 10 September 1965, untuk pertama kalinya dokumenter hasil ekspedisi National Geographic disiarkan di televisi.
Setelah ratusan episode dan beberapa kali berpindah saluran, tayangan National Geographic akhirnya berlabuh di NBC Asia. Karena popularitasnya yang luar biasa, NBC memutuskan untuk secara eksklusif menayangkan konten National Geographic dan mengubah nama salurannya menjadi National Geographic Channel.
Diversifikasi Saluran dan Konten
Tidak puas dengan satu saluran televisi, National Geographic memperluas jangkauan mereka dengan membuka saluran-saluran tambahan seperti Nat Geo Music, Nat Geo People, Nat Geo Kids, dan yang paling terkenal, Nat Geo Wild. Langkah ini diambil untuk mengakomodasi jumlah produksi film dokumenter dan reality show yang terus meningkat.
Diperkirakan lebih dari 13.000 konten telah diproduksi oleh National Geographic, jumlah yang mustahil ditayangkan jika hanya mengandalkan satu saluran. Selain mengirim tim ekspedisi sendiri, National Geographic juga mendanai peneliti dan penjelajah eksternal yang memiliki rencana ekspedisi menjanjikan. Salah satu yang paling terkenal adalah ekspedisi Jane Goodall ke Afrika untuk meneliti simpanse pada tahun 1960-an.
National Geographic juga terbuka membeli foto dan video dari kontributor independen, strategi yang membantu mereka mengumpulkan arsip visual yang luar biasa beragam dan berharga.
Tantangan di Era Digital
Transisi ke Dunia Digital
Berkat koleksi puluhan ribu foto dan video langka, National Geographic berhasil membangun audiens yang signifikan di berbagai platform media sosial. Di Instagram, tidak ada brand yang memiliki pengikut lebih banyak dari National Geographic kecuali Nike. Namun, keberhasilan di media sosial ini tidak serta-merta menyelamatkan bisnis utama mereka di media cetak dan televisi.
Penurunan Media Konvensional
Di awal tahun 1990-an, pelanggan majalah National Geographic mencapai angka 15 juta, jauh lebih besar dibandingkan jumlah pelanggan pada tahun 2015. Penurunan drastis ini terutama disebabkan oleh hadirnya smartphone yang mengubah cara kita mengonsumsi konten.
Tidak banyak orang yang masih bersedia membawa majalah fisik ketika mereka bisa mendapatkan informasi dari perangkat multifungsi berukuran kecil. Terlebih lagi, semakin banyak platform yang menyediakan konten serupa secara gratis.
Sama halnya dengan saluran televisi, kehadiran smartphone membuat penonton tidak lagi terikat pada jadwal siaran tertentu. Mereka kini dapat menonton apapun, kapanpun, dan dimanapun melalui layanan streaming, seringkali tanpa biaya tambahan.
Upaya Penyelamatan dan Masa Depan
Akuisisi oleh 21st Century Fox dan Disney
Menghadapi kesulitan finansial, pada tahun 2015 National Geographic Society melepas 73% sahamnya kepada 21st Century Fox. Namun, langkah ini tampaknya tidak mampu memperbaiki situasi. Hanya dua minggu setelah akuisisi, 21st Century Fox memecat 9% dari karyawan National Geographic.
Kondisi semakin memburuk setelah Disney mengambil alih 21st Century Fox beserta anak perusahaannya. Jika pada tahun 2015 National Geographic masih memiliki 3,5 juta pelanggan, jumlah ini terus menyusut hingga akhir tahun 2022.
Transformasi Model Bisnis
Sebagai bagian dari strategi pemangkasan biaya operasional, Disney memecat 7.000 karyawan, termasuk staf penulis dan editor National Geographic. Penulisan konten kini sepenuhnya berbasis freelance, dan mulai tahun 2024, National Geographic tidak lagi memproduksi majalah cetak, hanya versi digital.
Secara bertahap, Disney juga menghentikan seluruh saluran televisi National Geographic dan memindahkannya ke platform streaming Disney+. Ironisnya, National Geographic kini menjadi bagian dari daftar panjang perusahaan yang terpaksa bertransformasi karena teknologi, dan satu-satunya harapan penyelamatan adalah teknologi yang sama yang mengancam eksistensinya.
Kesimpulan
Perjalanan National Geographic dari sebuah klub sosial elite menjadi raksasa media global, kemudian menghadapi tantangan eksistensial di era digital, mencerminkan transformasi industri media secara keseluruhan. Meskipun menghadapi penurunan signifikan dalam bisnis tradisionalnya, warisan visual dan jurnalistik National Geographic tetap tidak tergantikan.
Masa depan National Geographic bergantung pada kemampuannya beradaptasi dengan teknologi dan preferensi konsumen yang terus berubah. Dengan arsip visual yang kaya dan reputasi yang kuat, National Geographic masih memiliki aset berharga untuk membangun kembali relevansinya di era digital. Yang menjadi pertanyaan adalah: bagaimana institusi bersejarah ini akan meredefinisikan dirinya dalam lanskap media yang terus berkembang?
Apakah Anda pernah berlangganan majalah National Geographic atau menonton saluran televisinya? Bagikan pengalaman dan pendapat Anda tentang transformasi National Geographic di kolom komentar. Jangan lupa untuk membagikan artikel ini ke media sosial jika Anda menemukannya bermanfaat dan menarik.